Book Review : Kafka On the Shore – Haruki Murakami

image

Judul : Kafka On the Shore
Penulis : Haruki Murakami
Penerbit : Pustaka Alvabet
Cetakan I, Juni 2011
Tebal 597 halaman

Novel berjudul Kafka on the Shore yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2002 ini memiliki dua plot kisah berbeda namun memiliki keterkaitan.

Disisi pertama, novel ini mengisahkan tentang Kafka Tamura, remaja 15 tahun yang kabur dari rumah karena ingin menghindari kutukan ayahnya. Ia pergi jauh hingga ke Takamatsu untuk menjalani takdirnya yang lain. Kafka yakin ia bisa lepas dari kutukan, hingga suatu hari ia mendapati peristiwa aneh, ia pingsan secara tiba-tiba, saat terbangun ia sudah berada di semak-semak dan seluruh pakaiannya berlumuran darah yang bukan miliknya.

Sisi lain novel ini adalah kisah tentang Satoru Nakata, kakek tua yang ‘bodoh’ namun memiliki kemampuan luar biasa, bisa berbicara dengan kucing. Suatu hari, demi seekor kucing, Nakata terpaksa harus membunuh seorang lelaki misterius pembantai kucing yang disebut Johnnie Walker. Nakata segera melaporkan diri ke polisi, tetapi polisi hanya menganggapnya lelucon karena Walker tersebut bahkan tidak nyata dan bukti fisik tubuh Nakata saja bersih padahal ia mengaku baru membunuh orang.

Anehnya, dua hari kemudian, Toichi Kamura, seorang pematung terkenal yang juga ayah Kafka, ditemukan mati terbunuh. Polisi langsung mencari keberadaan Kafka dan Nakata. Disitulah misteri novel ini dimulai.

Actually, Haruki Murakami adalah salah satu penulis favoritku. Karya-karya fiksi Murakami sering disebut sebagai karya yang surealistik dan nihilistik. Dibuku ini, kita dapat menemui hal-hal aneh seperti bocah bernama gagak, kucing yang dapat bicara, kenangan yang menghantui, hujan ikan dan lintah, dua tentara pasukan Napoleon, limbo, Johnnie Walker bahkan Kolonel Sander nya KFC.
Selain itu, dengan Oedipus Complex sebagai bunga cerita, dimana kutukan ayah Kafka adalah ‘membunuh ayamu, meniduri ibumu dan kakakmu’, ok that’s sound scary ya kalo ditulis secara gamblang disini, tapi secara garis besar dapat dibilang kisah Oedipus dalam kebudayaan Yunani itu dikembangkan lebih jauh oleh Murakami secara indah dan diluar batas imajinasi saya sebagai pembaca.

Sebagai kisah absurd dan ketika menyelesaikannya saja masih meninggalkan berbagai pertanyaan dikepala saya, saya sangat menikmati membaca buku ini, apalagi kalau membacanya sembari diiringi musik Beethoven dan Haydn. Perfect.